Mayangan
merupakan desa yang terletak di pesisir Kota Probolinggo yang mayoritas
masyarakatnya beragama Islam meskipun ada yang sebagian kecil beragama kristen.
namun demikian kehidupan bermasyarakat di Mayangan tetap berjalan rukun dan
harmonis. Penduduk Mayangan memiliki mata pencaharian mayoritas sebagai nelayan
tapi sebagian ada yang bermata pencaharian petani atu buruh tani karena di desa
Pekutatan tanahnya subur serta masih banyak lahan perkebunan serta lahan untuk
bertani. Sehingga adat petik laut ini turun temurun dilakukan oleh warga
pesisir Mayangan demi kelancaran melaut dan mendapatkan hasil laut yang
melimpah. Walupun berasal dari latar belakang yang berbeda, tidak menutup
kemungkinan bagi masyarakatnya untuk menjalin hubungan kemasyarakatan dengan
rukun. Seperti dalam pelaksanaan tradisi Petik Laut, walaupun dilaksanakan oleh
umat yang berbeda agama namun pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancar.
Acara selamatan laut ini merupakan ritual masyarakat
nelayan yang hampir dijumpai diseluruh tanah air Indonesia. Salah satunya
adalah di Mayangan Kota Probolinggo. Daerah ini merupakan daerah pesisir pantai
yang sebagai nelayan, untuk mendapat hasil laut yang melimpah masyarakat sering
melakukan acara selamatan laut yang lebih dikenal dengan sebutan “petik laut”
yang berarti acara syukuran yang ditujukan ke penguasa laut. Adrian B. Lapian
(2009: 57-62 ), mengungkapkan tradisi semacam petik lautini awalnya
dilaksanakan oleh suku bajo (bajau). Karena orang bajau (bajo) merupakan pelaut
sejati. Sebagian besar hidupnya dihabiskan di lautan, segala kebutuhannya
dipenuhi melalui hasil laut. Oleh karena itu suku bajo (bajau) melakukan suatu
ritual sebagai ucapan rasa syukur kepada dewa penguasa lautan, agar selalu
mendapat berkah serta lindungan disaat melaut. Kemudian berkembang banyak
tradisi syukuran di daerah pesisir seluruh nusantara yang bertujuan untuk
mengucap rasa syukur atas berkah yang diterima.
Salah satu seperti
yang dilaksanakan di Mayangan yang diberi nama tradisi petik laut. Ernayanti
(1999:1-2), menyatakan bahwa acara selamatan laut yang dalam bahasa Bajonya
disebut Nyalamak laut (selamatan) atau di Mayangan dikenal dengan “petik laut”
adalah sebuah upacara tradisional masyarakat nelayan khususnya, dimana tradisi
selamatan laut ini pertama kali dilakukan oleh suku Bajo (Sulawesi Selatan).
Kegiatan selamatan laut hingga saat ini masih ditemukan di beberapa daerah
Sulawesi, Lombok, Madura, Banyuwangi dan masih banyak lagi daerah yang lainnya termasuk
di Mayangan. Diceritakan juga bahwa tradisi selamatan laut ini dilakukan karena
masyarakat pesisir pantai serta nelayan ingin memberikan penghormatan terhadap
seorang pelaut dari Sulawesi Selatan yang bernama Punggawa Rattung. Punggawa
Rattung merupakan keturunan dari raja-raja Goa, yaitu dari garis keturunan
Marakdia Palarangan, orang yang adalah seorang pelaut yang hidupnya lebih
banyak dilaut, hingga matinya di laut juga (Nurlaili, 2009:44-46). Sehingga
dapat dikatakan tradisi merupakan kebiasaan dan dianggap sebagai suatu
keyakinan yang di ikat oleh waktu sehingga kegiatan menjadi sacral. Tradisi
petik laut ini tetap dipertahankan, karena untuk memohon keselamatan bagi para
nelayan saat melaut agar terhindar dari marabahaya serta kecelakaan saat
melaut. Untuk memohon agar hasil laut tetap melimpah serta tetap lestari.
Masyarakat percaya apabila tradisi petik lautini tidak
dilaksanakan maka hasil tangkapan nelayan akan berkurang serta para nelayan
akan terkena musibah saat melakukan kegiatan melaut. Ada beberapa alasan yang
mendorong di lestarikannya dan dipertahankannya suatu tradisi oleh masyarakat.
Seperti tradisi petik lautyang dilakukan oleh masyarakat Mayangan, karena
tradisi tersebut merupakan suatu wadah, sarana atau tempat para nelayan atau
warga pesisir pantai berkumpul dan bersilaturahmi, walaupun agamanya berbeda.
Maka dari itu tradisi petik laut di Kecamatan Mayangan wajib untuk dilaksanakan
setiap tahunnya. Selain itu generasi muda sebagai generasi penerus minatnya
dalam meneruskan atau melanjutkan tradisi-tradisi yang telah turun temurun
semakin berkurang, karena tradisi yang telah dilaksanakan secara turun temurun
ini dianggap sudah kuno. Ketika nilai-nilai yang terkadung dalam budaya
tradisional ini hilang dan tidak lagi dimengerti oleh generasi muda maka
hilanglah jati diri suatu bangsa. Maka dari itu sangat penting bagi masyarakat
terutama generasi muda untuk tetap mempertahankan tradisi-tradisi yang telah
ada sehingga dapat terus berlanjut sampai ke anak cucu di masa yang akan datang.
Dengan menanamkan arti penting dari pelaksanaan
tradisi petik laut, diharapkan generasi muda akan memiliki kesadaran serta
semangat dalam mempertahankan tradisi petik laut tersebut. Selain itu
masyarakat pesisir serta nelayan memiliki kepercayaan apabila tradisi petik
laut ini tidak dilaksanakan maka masyarakat pesisir akan terserang wabah
penyakit, akan terjadi kecelakaan laut bagi nelayan dan hasil tangkapan ikan
nelayan akan sedikit. Hal ini terbukti setelah diadakannya tradisi petik laut ini
hasil tangkapan ikan nelayan akan bertambah serta kehidupan masyarakat menjadi
tentram dan damai. Dalam pemertahanan tradisi Petik Laut di Kecamatan Mayangan
tentunya ada persembahan sesajen pada dewa laut untuk memohon keselamatan dan
mengucapkan rasa syukur atas hasil laut yang mereka dapatkan. Fungsi individu
dalam sebuah tradisi akan memberikan suatu kepuasan diri secara emosional,
serta dapat menumbuhkan rasa pekercayaan diri yang basar, sehingga individu
yang melakukan suatu ritual akan merasa lebih aman dan nyaman dibandingkan
tidak melakukan ritual upacara tertentu.
0 komentar:
Posting Komentar